Aku telah melihat mata itu…mata yang sama seperti pertemuanku pertamakali. Kemarin mata itu kembali aku lihat walau serabut-serabut saraf lelah memenuhi sudut mata, namun sinar itu tetap ada. Sinar yang sama seperti setiap aku melihat ke dalam matanya. Sinar yang tak pernah redup walau terkadang hati sering luka.. Rasanya aku percaya sinar itu akan menerangi gelap. Aku percayakan itu padanya. Kutuliskan tentang gelap disuatu kertas putih lalu melalui perantara angin kuserahkannya kepadanya. Entah mengapa, harapku sinar menjawab tanya itu. Dan mimpiku
menanti sinar itu kembali akan membebaskan gelap dari kegelapan. Aku meniti sajak sinar itu, entahlah mungkin hasrat mendorongku untuk sekali lagi melihat sinar itu berkobar, tentu saja aku melihat dari sisi gelap. Suatu sisi di sudut ruang dimana tiada yang kukenal sementara mata ini tak lepas. Angin menepis wajahku. Dia menguasai seluruh atmosfer. Apakah dia juga menguasai atmosfer di ruang hatimu? Entahlah... yang pasti aku tetap berada pada sisi gelapku sedangkan angin seakan berhembus semakin kencang menyapu daun-daun di ruang lalu menyibak gelapku, membawaku pada ruang dan dimensi dunianya. Dalam dunianya aku tetaplah gelap dan dia adalah angin, dia bangga akan hal itu. Entahlah... namun mata hatiku tetap melihat
sinar itu dalam gemuruh sang taifun. Melalui angin, kini sinar itu berhadapan dihadapanku. Entahlah sepertinya sepercik sinarnya hinggap di suatu bagian di tubuhku. Entah dimana ia bersemanyam? Yang kutahu itu seperti virus yang kian menyebar hingga ke sel tubuhku yang terkecil. Namun perkembangannya perlahan-lahan mengikuti sebuah takbir yang telah disusun teramat rapih oleh-Nya. Aku hanya bisa berbisik....aku sedang sekarat...!!! tolong....Aku kembali sekarat !!!!
30 Januari 2005Pukul 23.00 WIB
-indah-
Wednesday, May 23, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment