Friday, September 17, 2010

Lilin September

Hujan yang turun di bulan September
Meninggalkan jejak pada jalan setapak
Dikelok 1981 ada namamu terpahat sempurna

Betapa tanah jawa telah menyepuh namamu
Dalam penciptaan yang anggun
Ketika Tuhan tersenyum
Hingga tiap lisanmu kata-kata terpatri indah dan damai
Seperti lanskap bukit dan hutan yang teduh memukau

Lalu kucoba menghidupkan 29 lilin di atas jalan setapakyang basah
menuju kota tempat kita bisa saling mengabadikan cinta ..
Hangatnya mengabadikan September yang basah

Dan September semakin hangat dan meriah
Saat karnaval kasih sayang dari handai toulan melewati tapak jalan itu

Saat Senja semburat datang menyepuh awan
Aku masih ingin merapal ingatan sejarahmu
Hingga bumi terjaga dalam kesunyiannya yang magis
Aku tetap ingin merapal ingatan tentangmu

Sekali lagi aku masih ingin mengeja namamu
dengan 29 lilin yang terhampar di sepanjang jalan menuju rumah
Dan rumah, tempat segalanya berasal dan bermuara
Aku menunggumu dengan sebait syukur dan doa

“Selamat ulang tahun, sayang...
Semoga hanya bahagia di sepanjang jalan hidupmu...”


16/09/10
With love
-indah-

Friday, January 9, 2009

Freedom Writers

Freedom Writers*


Jari-jari patahku menari di tengah malam usang
diiringi nada minor,serak dan parau
apakah yang sedang terjadi ?
tiada yang pernah usai menjadi ...
dan sebelum malam menua
sebelum waktu melindap galau
selalu ada ruang menenun mimpi

Depok, 9 Januari 2009
-indah-

*Diambil dari judul film yang juga menginspirasi coretan ini

Thursday, June 5, 2008

Malam & Siang


Malam kehabisan akal
Ia ingin menjadi siang
Lalu pergi mencuri senja
Menyimpannya pada lampu dan bulan

Bulan,
seperti lampu jalanan

Lampu jalanan,
mengubah malam
sedikit seperti siang

Kelam berangsur tersamar
Titiktitik sinar siang sepanjang jalan
Kerjap genit mata senja
menggoda,
di sepanjang tikungan

(Malam yang bodoh ...)

Hingga tiba fajar
Menelan malam
Malam mati
Tanpa sempat mengakui tangisan

050608
-indah-

Wednesday, April 16, 2008

Fragmen Musim Pancaroba



apa yang di persembahkan malam
untuk musim ini ?
adalah harihari kelam
menuju persimpangan pendirian
dan apabila angin bergerak menurut kata hati
tinggallah ia berhembus kering
sebab kemarin,
telah ia letakkan sebuah mimpi
di sembab hari

apa yang di persembahkan angin
dalam semusim ini ?
hanya pengap yang meluruhkan mimpi
di ujung hari
mematikan fungsi gerak nadi
tinggallah diri berwujud sepi

apa yang di persembahkan alam
untuk sebuah musim pancaroba ?
adalah gerak galau yang meracau
di kematian keteraturan ....

jkt,160408
-indah-

Tuesday, January 29, 2008

Menjelang Fajar


malam tertatih bisu
harap redam sesaat
lalu mati seketika

oh,
ada yang hilang disana ?

dia hingar
yang tadi menjelma bimbang
lalu sunyi
hingga tiba di nadi hari

oh...
siapa malam ?
hanya kelam berutang sinar ?

(Bulan...
masih saja mengais bahagia
pada siang ?)

290107
-indah-

Thursday, November 15, 2007

Urban Angel




Berkeliaran merangkai waktu
Sayap terkulai

Satu nafas tersenggal bisu
Menanti ajal kota tua

Jiwa kota tua
Dinanti hening ...

*2007
-indah-

Thursday, November 1, 2007

Prambanan (Roro Jonggrang)



Diammu: Rapuh!

Tubuhmu seluruh

Kau biarkan waktu memakan hidup

Kau yang tua
Luruh
Mati

Keindahanmu adalah puingpuing legenda
yang hidup di museum purba

2007
-indah-

Wednesday, October 31, 2007

Kesah

: Abimanyu

tubuh meretas bibir malam
pelan mengendap desah
lalu luruh di suatu sudut

"telah ku titipkan jiwaku,
dalam tubuhmu
biar ia beriak mencumbu
saat waktu memenjara tubuh"

Menteng,31 Oktober 2007
-indah-

Friday, August 24, 2007

Musim Luruh

/1/
musim luruh di lembah waktu
meninggalkan satu cerita lusuh
tentang matahari terbenam
dan bulan kesiangan

/2/

kemarin aku mimpi menggigit waktu
hingga waktu gompel, tidak utuh
ternyata itu waktu kamu dalam diriku
yang kini tinggal menunggu luruh

/3/


Menteng, 24 agustus 2007
-indah-

Saturday, August 18, 2007

Merdeka

Hanya euforia tak usai tertawa
Tasbihkan seluruh penghayatan
Merdeka ! serunya
Dengan pekikan hingar
Dan hamburan hujan uang

Merdeka! seru mereka
Berkalikali, beratusratus kali
Dibawah gemerlap lampu tujuhbelasan
Lagilagi pekikan menuai uang

Merdeka ? tanya mereka
Di kolongkolong jembatan
Di rumahrumah berhimpitan
Di pengasingan
Dipelosok pedesaan

Merdeka !
Merdeka ?

Oh euforia ...
Merdeka milik siapa ?
Oh euforia...
Jangan tambahkan luka ...

Menteng, 16 agustus 2007
-indah-