Thursday, November 15, 2007
Urban Angel
Berkeliaran merangkai waktu
Sayap terkulai
Satu nafas tersenggal bisu
Menanti ajal kota tua
Jiwa kota tua
Dinanti hening ...
*2007
-indah-
Thursday, November 1, 2007
Prambanan (Roro Jonggrang)
Wednesday, October 31, 2007
Kesah
: Abimanyu
tubuh meretas bibir malam
pelan mengendap desah
lalu luruh di suatu sudut
"telah ku titipkan jiwaku,
dalam tubuhmu
biar ia beriak mencumbu
saat waktu memenjara tubuh"
Menteng,31 Oktober 2007
-indah-
tubuh meretas bibir malam
pelan mengendap desah
lalu luruh di suatu sudut
"telah ku titipkan jiwaku,
dalam tubuhmu
biar ia beriak mencumbu
saat waktu memenjara tubuh"
Menteng,31 Oktober 2007
-indah-
Friday, August 24, 2007
Musim Luruh
/1/
musim luruh di lembah waktu
meninggalkan satu cerita lusuh
tentang matahari terbenam
dan bulan kesiangan
/2/
kemarin aku mimpi menggigit waktu
hingga waktu gompel, tidak utuh
ternyata itu waktu kamu dalam diriku
yang kini tinggal menunggu luruh
/3/
Menteng, 24 agustus 2007
-indah-
musim luruh di lembah waktu
meninggalkan satu cerita lusuh
tentang matahari terbenam
dan bulan kesiangan
/2/
kemarin aku mimpi menggigit waktu
hingga waktu gompel, tidak utuh
ternyata itu waktu kamu dalam diriku
yang kini tinggal menunggu luruh
/3/
Menteng, 24 agustus 2007
-indah-
Saturday, August 18, 2007
Merdeka
Hanya euforia tak usai tertawa
Tasbihkan seluruh penghayatan
Merdeka ! serunya
Dengan pekikan hingar
Dan hamburan hujan uang
Merdeka! seru mereka
Berkalikali, beratusratus kali
Dibawah gemerlap lampu tujuhbelasan
Lagilagi pekikan menuai uang
Merdeka ? tanya mereka
Di kolongkolong jembatan
Di rumahrumah berhimpitan
Di pengasingan
Dipelosok pedesaan
Merdeka !
Merdeka ?
Oh euforia ...
Merdeka milik siapa ?
Oh euforia...
Jangan tambahkan luka ...
Menteng, 16 agustus 2007
-indah-
Tasbihkan seluruh penghayatan
Merdeka ! serunya
Dengan pekikan hingar
Dan hamburan hujan uang
Merdeka! seru mereka
Berkalikali, beratusratus kali
Dibawah gemerlap lampu tujuhbelasan
Lagilagi pekikan menuai uang
Merdeka ? tanya mereka
Di kolongkolong jembatan
Di rumahrumah berhimpitan
Di pengasingan
Dipelosok pedesaan
Merdeka !
Merdeka ?
Oh euforia ...
Merdeka milik siapa ?
Oh euforia...
Jangan tambahkan luka ...
Menteng, 16 agustus 2007
-indah-
Friday, July 27, 2007
Aku Ingin
aku ingin sebilah pedang
sekedar membunuh bayangan
yang diisaratkan malammalam
kepada lampu taman lawang
Menteng, 27 juli 2007
-indah-
sekedar membunuh bayangan
yang diisaratkan malammalam
kepada lampu taman lawang
Menteng, 27 juli 2007
-indah-
Tuesday, July 24, 2007
Aku (Masih) Menangisi Malam Terik
aku masih menangisi malam terik
mendekap rengkuh tubuh bumi
diiringi hujan batu bertubitubi
sering ku bertanya,
adakah Tuhan sudi membayar
kucur air mata di sudut bebatuan ?
senyatanya ...
sulit di terka mata manusia
dan kau masih saja bercerita
tentang ksatria pemecah malam,
menculik putri telaga buta ?
(aku masih menangisi malam terik yang membalut pertiwi.
anginnya menyayat kulit hingga terkelupas)
dan kau masih saja bercerita ?
kumohon diam
sebab bercerita, hanya melampaui luka ...
24/07/07
----------------------------------
Dimuat di koran Seputar Indonesia (Sindo)
tanggal 12 Agustus 2007
mendekap rengkuh tubuh bumi
diiringi hujan batu bertubitubi
sering ku bertanya,
adakah Tuhan sudi membayar
kucur air mata di sudut bebatuan ?
senyatanya ...
sulit di terka mata manusia
dan kau masih saja bercerita
tentang ksatria pemecah malam,
menculik putri telaga buta ?
(aku masih menangisi malam terik yang membalut pertiwi.
anginnya menyayat kulit hingga terkelupas)
dan kau masih saja bercerita ?
kumohon diam
sebab bercerita, hanya melampaui luka ...
24/07/07
----------------------------------
Dimuat di koran Seputar Indonesia (Sindo)
tanggal 12 Agustus 2007
Monday, July 23, 2007
Aku Masih Menunggu
Fa,
Aku telah sampai di labirin waktu
Dengan dua pintu lebar
Lumut menjalar di sekelilingnya
Karena suhu membiarkannya sedapat itu
Fa,
Aku masih menunggu
Kau bawa pena itu
Lalu goreskanlah peta ditanganku
Biarkan labirin menemukanku
Menteng, 23 Juli 2007
-indah-
--------------------------------
Dimuat di koran Seputar Indonesia (Sindo)tanggal 12 Agustus 2007
Aku telah sampai di labirin waktu
Dengan dua pintu lebar
Lumut menjalar di sekelilingnya
Karena suhu membiarkannya sedapat itu
Fa,
Aku masih menunggu
Kau bawa pena itu
Lalu goreskanlah peta ditanganku
Biarkan labirin menemukanku
Menteng, 23 Juli 2007
-indah-
--------------------------------
Dimuat di koran Seputar Indonesia (Sindo)tanggal 12 Agustus 2007
Friday, July 20, 2007
Di Sela Waktu
di sela waktu. jarum jam henti berdetak. dimensi tuntun khayal pada titian gelombang pasang. aku terjerembab diatas pasir berdesir perlahan. dihantar angin sunyi pantai suram. nuansa senja menyepuh mega dipaksa temaram. walau hanya tergores sebait. serupa goresan kuas cat tembok basah.
masih ada kepak burung layang di mega utara. kemana dia hendak pergi? arah tentukan pertanda. dan tandatanda akan bermain bersahutan. seperti berita dari penujum yang dibawakan gemuruh handai tolan. dan adanya ia seumpama garis yang mengikuti jalan patahpatah. selalu : cabangcabang membentang pilihan
namun ini waktu terhenti. hanya desir ombak yang mengalun mesra. seperti ingin mengajakku bermain sementara. ada yang datang kembali. ada yang telanjangi hati. namun ini waktu terhenti. hanya gelombang pasang yang datang kemudian. memangku buihbuih rindu bergelombang.
angin memainkan harpa sendu diikat bau anyir punggung pantai. serasa tiada kehendak mainkan lengkingan hingar karena yang ada hanyalah lirih musim angin peraduan
dan disinilah aku. di sela waktu. saat jam henti berdetak.dan dunia tanpa waktu adalah keabadian tanpa harus kehilangan.
Menteng, 20 juli 2007
-indah-
masih ada kepak burung layang di mega utara. kemana dia hendak pergi? arah tentukan pertanda. dan tandatanda akan bermain bersahutan. seperti berita dari penujum yang dibawakan gemuruh handai tolan. dan adanya ia seumpama garis yang mengikuti jalan patahpatah. selalu : cabangcabang membentang pilihan
namun ini waktu terhenti. hanya desir ombak yang mengalun mesra. seperti ingin mengajakku bermain sementara. ada yang datang kembali. ada yang telanjangi hati. namun ini waktu terhenti. hanya gelombang pasang yang datang kemudian. memangku buihbuih rindu bergelombang.
angin memainkan harpa sendu diikat bau anyir punggung pantai. serasa tiada kehendak mainkan lengkingan hingar karena yang ada hanyalah lirih musim angin peraduan
dan disinilah aku. di sela waktu. saat jam henti berdetak.dan dunia tanpa waktu adalah keabadian tanpa harus kehilangan.
Menteng, 20 juli 2007
-indah-
Monday, July 9, 2007
Friksi Jalan Pematang Ilalang
friksi jalan menghantar malam,
pada tepinya yang dingin,
angin mengirim aroma anyir
pun tiada muara asing
pun tiada asa bergeming
terpaku beku
berdiamlah
mimbar doa-dosa-berkarat
oh,pematang ilalang
tercekat pekat
oh,ilalang ungu
tiada berkehendak
apa yang ku tuai
adalah
tiada disini
Menteng, 9 Juli 2007
-indah-
--------------------------------
Dimuat di koran Seputar Indonesia (Sindo)
tanggal 12 Agustus 2007
pada tepinya yang dingin,
angin mengirim aroma anyir
pun tiada muara asing
pun tiada asa bergeming
terpaku beku
berdiamlah
mimbar doa-dosa-berkarat
oh,pematang ilalang
tercekat pekat
oh,ilalang ungu
tiada berkehendak
apa yang ku tuai
adalah
tiada disini
Menteng, 9 Juli 2007
-indah-
--------------------------------
Dimuat di koran Seputar Indonesia (Sindo)
tanggal 12 Agustus 2007
Thursday, June 21, 2007
Rintik Hujan Putusputus di Senarai Siang
apa yang kau ucap pada rintik hujan putusputus bila terdengar di senarai siang
padahal ia janji akan berhenti, jika pelangi ingin menyucikan diri
masih ada kabut legam
berarak ikuti jejak detak
penghujung hari, penujum malam
tatkala pagi buta bertingkah lugu
atau pekat merakit bisu
rintik hujan serupa berlian dari tepi jendela
bening
berkilau
membuatku berkaca
bukan pada kaca yang semakin dusta
kau berkata,
aku sakit ?
tidak sayang,
aku mati !
Menteng, 20 Juni 2007
-indah-
padahal ia janji akan berhenti, jika pelangi ingin menyucikan diri
masih ada kabut legam
berarak ikuti jejak detak
penghujung hari, penujum malam
tatkala pagi buta bertingkah lugu
atau pekat merakit bisu
rintik hujan serupa berlian dari tepi jendela
bening
berkilau
membuatku berkaca
bukan pada kaca yang semakin dusta
kau berkata,
aku sakit ?
tidak sayang,
aku mati !
Menteng, 20 Juni 2007
-indah-
Thursday, June 7, 2007
Lelaki di Lorong Sunyi
Monday, June 4, 2007
L I L I N M E I
: Olin Monteiro
pagi sembab, Mei sedu sedan. o, kau disana menghayati tiap derai dengan 36 lilin beku terhampar. o, kau disana menantang hari yang semakin gamang. dan kau masih disana dengan pena biru melukis Mei muram.
lalu ku coba susun 36 lilin diatas gurat wajah jalan. ada garis tegas menjalar, menjadi anak jalan putus-putus, bercabang. disana terganjal sederet nama dan peristiwa : sebagian membatu, sebagian dikikis angin waktu, sebagian kau rangkai diatas pot warna-warni, manis sekali.
36 lilin ku bakar sedapatnya – angin pancaroba membuat segalanya serba susah - hingga persahabatan hangat terasa.
aku berkata :
”malam pasti datang, tapi ini hari masih pagi. lukisan muram belum kau selesaikan, Mei sungguhlah pucat, menahan perih luka-luka”
kau berhenti sejenak, menaruh pena, lalu mengambil sejumput kapas
sambil berujar lugas :
”Mei harus sembuh total !”
Menteng, 28 Mei 2007
-indah survyana-
Dua Siluet Megapolitan
dua siluet bercengkrama akan telanjangi malam. malam-malam bimbang berselimut kamuflase gemerlap metropolitan. sinar masih berupa lampu taman, genit, menggerahkan. jangan kau bayangkan bulan-bintang ikut berserak, manusia metro terbiasa ketiadaannya sebab kamuflase menggelegar sangat
menyibukkan.
dua siluet telanjang dibawah fatamorgana metropolitan. hentak detak dentum eforia musik malam, memecah pasang sunyi yang datang bertubi-tubi menghinggapi sela hati warga kota mati. malam panjang, pejalang malam, berpesta, bangun dinding mimpi yang tak sempat tercicipi setelah hari-hari sesak berpeluh isak oleh kebuntuan tanya
keadilan.
(Kubiarkan lagumu menjadi soundtrack malam ini hingga beberapa malam berikutnya)
dua siluet melaju kelam, tanya-mencari ujung dunia. segala sepi, sayu -setengah jiwaku tertinggal di sudut kota tua, sementara lainnya kau ambang dibawa angin pancaroba- tersamar. Tubuh tanpa jiwa bertutur payah :
”selingkuh itu indah, tu(h)an ?”
Depok, 19-21 Mei 2007
- indah survyana -
Saat Menantimu di Bandara
:mbak mega vristian (aktivis buruh migran, hongkong)
senja muram turun mengerjap
beranda
bandara
sesak perkara
langkah
bisu
terawang hampa
ada yang kembali
: peluh diisak sunyi
Menteng, 16 May 2007
- indah survyana -
senja muram turun mengerjap
beranda
bandara
sesak perkara
langkah
bisu
terawang hampa
ada yang kembali
: peluh diisak sunyi
Menteng, 16 May 2007
- indah survyana -
Cuma Sepi
mimpi tak berpenghuni
abu-abu di bibir waktu
saat sela mengucap merdeka
hanya sepi di samping pujangga
menteng, 10 may 2007
-indah-
-----------------------------
Dimuat di Bali Post,
tanggal 5 Agustus 2007
abu-abu di bibir waktu
saat sela mengucap merdeka
hanya sepi di samping pujangga
menteng, 10 may 2007
-indah-
-----------------------------
Dimuat di Bali Post,
tanggal 5 Agustus 2007
Membunuh Sepi
jatuhlah angan di dinding sembab
membuka tabir nelangsa jiwa
bila langit menyepuh pedih
hanya beku bertutur mati
maka matilah imaji hati
sepi : nafas mimpi yang kau hirup sampai mati
maka matilah mimpi sunyi
kemerdekaanmu : kematian imaji sepi
menteng, 14 mei 2007
-indah-
membuka tabir nelangsa jiwa
bila langit menyepuh pedih
hanya beku bertutur mati
maka matilah imaji hati
sepi : nafas mimpi yang kau hirup sampai mati
maka matilah mimpi sunyi
kemerdekaanmu : kematian imaji sepi
menteng, 14 mei 2007
-indah-
Kupu-kupu Revolusi
Jakarta La Nuit
:fa
malam hingar,
bertabur roda pejalang
bulan serupa lampu jalanan
Artemis enggan berputar
bintang mogok bersinar
apa yang terjadi ?
siapa yang peduli !
malam tetaplah bimbang
riuh, lepas
suara-suara sumbang
pengamen
kecil
di simpang jalan
(ingin pulang : belajar terbang)
Menteng, 9 May 2007
-indah-
malam hingar,
bertabur roda pejalang
bulan serupa lampu jalanan
Artemis enggan berputar
bintang mogok bersinar
apa yang terjadi ?
siapa yang peduli !
malam tetaplah bimbang
riuh, lepas
suara-suara sumbang
pengamen
kecil
di simpang jalan
(ingin pulang : belajar terbang)
Menteng, 9 May 2007
-indah-
Metafora Jati Diri
:Lelaki di Persimpangan
kau angin,
berhembuslah menantang angan
sibak kelam yang membelenggu malam
hingga awan mengundang hujan
malam tak lagi mencekam
kau sepi,
bersandarlah pada bumi
tanam sunyi di pekarangan hati
hingga sajak tumbuh magis
petiklah, jangan menangis
kau sendiri,
berteriaklah lepas tanpa henti
seperti serigala di puncak tebing
melolong pada pelangi dibawah purnama
kau adalah kau
angin, sepi, sendiri
kau adalah kau,
metafora jati diri
menteng, 4 may 2007
-indah-
kau angin,
berhembuslah menantang angan
sibak kelam yang membelenggu malam
hingga awan mengundang hujan
malam tak lagi mencekam
kau sepi,
bersandarlah pada bumi
tanam sunyi di pekarangan hati
hingga sajak tumbuh magis
petiklah, jangan menangis
kau sendiri,
berteriaklah lepas tanpa henti
seperti serigala di puncak tebing
melolong pada pelangi dibawah purnama
kau adalah kau
angin, sepi, sendiri
kau adalah kau,
metafora jati diri
menteng, 4 may 2007
-indah-
P U L A N G
/1/ Putus Asa
terhempas di bibir waktu
sekelebat kabut ungu menari di mata perisai legam
yang baru saja hangus terbakar
jalannya buta !
lalu tanya berhenti bermakna
dan galau ingin runtuh
bunga rampai menolak bercerita
tentang luka-luka di lembar nasibnya
kabut ungu berarak perlahan
menutup pandang bawah sadar
dia mati rasa !
siluet sajak tiba di kelopak jiwa
ia lirih menyapa, hingga terdengar seperti desau anggin berbisik mesra
”Cukup, peluhmu menyayatku.”
”Mari kerumahku"
”Bangun galaumu di selatan rumahku.”
----------“Aku tak bisa !”
“Galauku teramat rapuh”
”Berhentilah mengeluh ...”
” Sajak akan menghantarmu”
”Disana, berteriaklah lalu menangis sepuasnya”
”Seperti pandora [1] yang membuka kotak hidup dunia ......”
Dia melangkah tertatih
Lalu hilang
Di balik kabut ungu
H e n i n g....................
/2/ Di Ambang Pintu
(Sajak mengalun, menuntun kakinya, pada sebuah rumah ungu.
Ia mengetuknya pelan )
”siapa ?”
-”aku”
”galaumu runtuh ?”
-”hingga tak bisa hidup”
”masuklah ke rumah”
-”dimana ?”
”di luar pintu”
-” bukankah ini rumah ?”
“rumah hanya sekedar peristiwa [2], tersekat dogma dan paradigma”
” ayo, masuklah”
-”kemana ?”
”labirin jiwa”
/3/ Labirin jiwa
(sedang di selesaikan)
Catatan Kaki:
[1] Pandora adalah manusia perempuan pertama yang diciptakan dewa-dewi dalam mitologi yunani
[2] diambil dari sajak Sitor Situmorang “ Ku Ketuk Pintu Tao”
terhempas di bibir waktu
sekelebat kabut ungu menari di mata perisai legam
yang baru saja hangus terbakar
jalannya buta !
lalu tanya berhenti bermakna
dan galau ingin runtuh
bunga rampai menolak bercerita
tentang luka-luka di lembar nasibnya
kabut ungu berarak perlahan
menutup pandang bawah sadar
dia mati rasa !
siluet sajak tiba di kelopak jiwa
ia lirih menyapa, hingga terdengar seperti desau anggin berbisik mesra
”Cukup, peluhmu menyayatku.”
”Mari kerumahku"
”Bangun galaumu di selatan rumahku.”
----------“Aku tak bisa !”
“Galauku teramat rapuh”
”Berhentilah mengeluh ...”
” Sajak akan menghantarmu”
”Disana, berteriaklah lalu menangis sepuasnya”
”Seperti pandora [1] yang membuka kotak hidup dunia ......”
Dia melangkah tertatih
Lalu hilang
Di balik kabut ungu
H e n i n g....................
/2/ Di Ambang Pintu
(Sajak mengalun, menuntun kakinya, pada sebuah rumah ungu.
Ia mengetuknya pelan )
”siapa ?”
-”aku”
”galaumu runtuh ?”
-”hingga tak bisa hidup”
”masuklah ke rumah”
-”dimana ?”
”di luar pintu”
-” bukankah ini rumah ?”
“rumah hanya sekedar peristiwa [2], tersekat dogma dan paradigma”
” ayo, masuklah”
-”kemana ?”
”labirin jiwa”
/3/ Labirin jiwa
(sedang di selesaikan)
Catatan Kaki:
[1] Pandora adalah manusia perempuan pertama yang diciptakan dewa-dewi dalam mitologi yunani
[2] diambil dari sajak Sitor Situmorang “ Ku Ketuk Pintu Tao”
Puisi Sepi
: fa
siapa yang mengirim rindu sepagi ini ?
hingga matahari beranjak sunyi
dari rahim hati seorang putri
lahir sebait puisi sepi
Menteng, 27 April 2007
-indah-
siapa yang mengirim rindu sepagi ini ?
hingga matahari beranjak sunyi
dari rahim hati seorang putri
lahir sebait puisi sepi
Menteng, 27 April 2007
-indah-
-Tanpa Judul-
malam merakit pekat. Hitam. hanya itu yang kudapat. namun tiba-tiba ada setitik sinar. ia jatuh dari langit lalu menari di tepi ranjang. sinar yang lelah ...
”dari mana ?”
”dari sana ”
”perjalanan jauh, ya ?”
”1000 mil dihantar angin sunyi”
setiap malam selalu berulang. Sinar jatuh, merangkak ke ranjang. mengecup mata malam lalu menarik selimut panjang. ketika mata terkatup damai. ia tidak pergi, justru mengendap masuk ke alam mimpi.
esok pagi terkadang Ia datang kembali. memberi secangkir canda pagi. temaniku menelan sepi. kemudian sepi mati tanpa usia harus terhenti.
begitulah Ia mewarnai hari. gemerlap seluruh hati hingga ku tak tahu lagi, bagaimana membuat puisi?
Depok, 22 April 2007
-indah-
”dari mana ?”
”dari sana ”
”perjalanan jauh, ya ?”
”1000 mil dihantar angin sunyi”
setiap malam selalu berulang. Sinar jatuh, merangkak ke ranjang. mengecup mata malam lalu menarik selimut panjang. ketika mata terkatup damai. ia tidak pergi, justru mengendap masuk ke alam mimpi.
esok pagi terkadang Ia datang kembali. memberi secangkir canda pagi. temaniku menelan sepi. kemudian sepi mati tanpa usia harus terhenti.
begitulah Ia mewarnai hari. gemerlap seluruh hati hingga ku tak tahu lagi, bagaimana membuat puisi?
Depok, 22 April 2007
-indah-
ZAMAN
zaman edan
berteriak hingar
"que sera-sera"
relativitas
probabilitas ganda
mitos adalah kitab budaya
dan
peradaban dibawah sadar
adalah peradaban tanpa kemanusiaan ....
(makhluk sunyi,
bersembunyi dibawah ketiak malam,
penonton setia teaterikal zaman)
Menteng, 3 april 2007
-indah-
berteriak hingar
"que sera-sera"
relativitas
probabilitas ganda
mitos adalah kitab budaya
dan
peradaban dibawah sadar
adalah peradaban tanpa kemanusiaan ....
(makhluk sunyi,
bersembunyi dibawah ketiak malam,
penonton setia teaterikal zaman)
Menteng, 3 april 2007
-indah-
SEPI
petang terhirup sepi
kubuka pintu waktu,
(bulir-bulir salju mendesak)
kau berkata :
tutup Pintu !
waktu membuatmu membeku !
berbaringlah bersamaku
perapian menunggu
sebait sajak terbakar sudah
ada hangat mengerjap, berulang
sederhana ....
( sajak membatu,
aku luruh jadi abu )
Menteng, 2 April 2007
-indah-
kubuka pintu waktu,
(bulir-bulir salju mendesak)
kau berkata :
tutup Pintu !
waktu membuatmu membeku !
berbaringlah bersamaku
perapian menunggu
sebait sajak terbakar sudah
ada hangat mengerjap, berulang
sederhana ....
( sajak membatu,
aku luruh jadi abu )
Menteng, 2 April 2007
-indah-
Petang
ada yang ingin disampaikan angin
dalam desirnya yang dingin
mengajak semua bergerak bersama
makna dibalik irama
bias, lepas, berhamburan
menjadi partikel-partikel tak kasat mata
tarian resah cabik hening
seekor kupu-kupu hitam hinggap di beranda kayu
tergoda tarian angin,
ikut terbang menuju titik dini purnama
awan hitam, mendekat serampangan
setubuhi senja hingga pucat
senja mendesah sejenak, menangis tanpa air mata
tinggallah pengap nyaris berteriak !
(aku menyambut alam dengan asa mengambang.
satu pijar sinar hanya lampu taman di tepi kolam )
Cibogo, 26 Maret 2007
-indah-
Akhir Puisi Sempurna
puisi Sempurna
terhunus pedang temaram
di ujung gang pelacuran
terkapar
roh melayang
puisi mati penasaran
Cibogo, 26 Maret 2007
-indah-
terhunus pedang temaram
di ujung gang pelacuran
terkapar
roh melayang
puisi mati penasaran
Cibogo, 26 Maret 2007
-indah-
Romeo & Juliet
SEPI
sepi, bagaimana melukiskan kau ?
kau udara,
hadir di setiap nafas waktu
hingga usia terhenti,
kau mati
aku abadi tanpa sepi...
Salemba, 21 Maret 2007
-indah-
kau udara,
hadir di setiap nafas waktu
hingga usia terhenti,
kau mati
aku abadi tanpa sepi...
Salemba, 21 Maret 2007
-indah-
(t)RI(s)AK(ti) HAMB(e)AR(at)
themis pergi ke pasar
menawar obat bagi luka berhimpitan
zeus mengetuk palu kehormatan
riak hambar mengalir di persidangan …..
Menteng, 14 Maret 2007
-indah-
menawar obat bagi luka berhimpitan
zeus mengetuk palu kehormatan
riak hambar mengalir di persidangan …..
Menteng, 14 Maret 2007
-indah-
Senja di Jakarta
apa yang dijanjikan senja untuk Jakarta ?
membiarkan warganya tua dijalan,
berangkulan asap, debu dan tangisan,
atau bergelimang lampu penasaran ?
(sayup-sayup azan berbisik mesra,
aku, pendo(s)a masih berkeliaran)
Menteng, 13 maret 2007
-indah-
membiarkan warganya tua dijalan,
berangkulan asap, debu dan tangisan,
atau bergelimang lampu penasaran ?
(sayup-sayup azan berbisik mesra,
aku, pendo(s)a masih berkeliaran)
Menteng, 13 maret 2007
-indah-
Daun Kering Di Titik Api *
tarian angin, galau, gemulai
menghempas dedaunan kering, terabai
matahari
penuh
mendekap bumi
panas …
lambat, pijar titik-titik api
seperti neraka, kita disana !
entah,
adakah tawa tersisa ?
Satu generasi berharap hujan hapus luka
Menteng, 13 Maret 2007
-indah-
Catatan Kaki :
* Judul diatas dimbil dari judul pertunjukkan teater tanggal 13-14 Maret di Gedung Kesian Jakarta (GKJ) Pertunjukkan ini merupakan hasil kolaborasi UKM Bidang Seni Universitas Indonesia yang terdiri dari Liga Tari, Teater UI, Marching Band, Orkestra Simfoni dan Paduan Suara. Sampai detik ini saya masih terpesona pada Tarian Angin dan Dramatisasi Puisi Sutardji (Tanah Air Mata) yang disajikan semalam dengan luar biasa. Bravo UKM Seni UI !
menghempas dedaunan kering, terabai
matahari
penuh
mendekap bumi
panas …
lambat, pijar titik-titik api
seperti neraka, kita disana !
entah,
adakah tawa tersisa ?
Satu generasi berharap hujan hapus luka
Menteng, 13 Maret 2007
-indah-
Catatan Kaki :
* Judul diatas dimbil dari judul pertunjukkan teater tanggal 13-14 Maret di Gedung Kesian Jakarta (GKJ) Pertunjukkan ini merupakan hasil kolaborasi UKM Bidang Seni Universitas Indonesia yang terdiri dari Liga Tari, Teater UI, Marching Band, Orkestra Simfoni dan Paduan Suara. Sampai detik ini saya masih terpesona pada Tarian Angin dan Dramatisasi Puisi Sutardji (Tanah Air Mata) yang disajikan semalam dengan luar biasa. Bravo UKM Seni UI !
RINDU
Malam mengadu rindu
Kekal, menjelma kelambu
Tak satu kata beradu padu
Pada kotak merah jambu
Aduhai cintaku diujung tandu
Dibawa angin musim haru
Pada sabit berjengger buludru
Dibawah, aku mengadu rindu
Nama terus bergema
Entah mengapa
Entah menyapa
Entah dimana
Kususuri tapak waktu lalu
Hitung pasir yang berderas jatuh
Diwaktu lalu
hingga ku merindu
Tak jua nama henti bergema
Hasrat ikuti gema nama
Dalam seribu tanya
Sedang apa kau disana ?
Kecut hati amatlah dungu
Tatkala suara tak dapat melagu
Kecut hati sisir nama itu
Pada kertas kaca seribu jendela
Sayangnya, kau tak pernah ada
Tinggalah sendiri, aku
Terus mengadu rindu
Hingga berharap pada bintang jatuh
Kian kutunggu tak pernah jatuh
Rindu dimalam itu, Rindu lirih melagu
Depok, 2007
-indah-
Kekal, menjelma kelambu
Tak satu kata beradu padu
Pada kotak merah jambu
Aduhai cintaku diujung tandu
Dibawa angin musim haru
Pada sabit berjengger buludru
Dibawah, aku mengadu rindu
Nama terus bergema
Entah mengapa
Entah menyapa
Entah dimana
Kususuri tapak waktu lalu
Hitung pasir yang berderas jatuh
Diwaktu lalu
hingga ku merindu
Tak jua nama henti bergema
Hasrat ikuti gema nama
Dalam seribu tanya
Sedang apa kau disana ?
Kecut hati amatlah dungu
Tatkala suara tak dapat melagu
Kecut hati sisir nama itu
Pada kertas kaca seribu jendela
Sayangnya, kau tak pernah ada
Tinggalah sendiri, aku
Terus mengadu rindu
Hingga berharap pada bintang jatuh
Kian kutunggu tak pernah jatuh
Rindu dimalam itu, Rindu lirih melagu
Depok, 2007
-indah-
L E V I N A
Levina,
Namamu cantik, takdirmu pahit
Mandi air mata kau rupanya
Setelah kemarin kusam, terbakar
Kini kau menyelam
Tangis, luka, terus meraja
Melepas engkau, para kesatria
Disana, mendekap Levina
Menteng, 26 Februari 2007
-indah-
Namamu cantik, takdirmu pahit
Mandi air mata kau rupanya
Setelah kemarin kusam, terbakar
Kini kau menyelam
Tangis, luka, terus meraja
Melepas engkau, para kesatria
Disana, mendekap Levina
Menteng, 26 Februari 2007
-indah-
Friday, May 25, 2007
MALAM-MALAM UNGU
(1)
bunga bersabda pada ilalang, merapat
”bilakah dunia terhenti ?”
dibiarkannya kumbang berdesing mengitarinya
lalu angin ikut memainkan putik
”Tak ada yang pasti kecuali ketidak pastian”
”Tak ada yang abadi kecuali ketidak abadian”
semua terhenti
bulan pucat pasi
serigala melolong pada langit ungu.
(2)
Malam-malam ungu pada bulan merah jambu
Serasa kontras membisu
Lalu hilang jadi abu
Karena takdir adalah tabu
Untuk bicara tentang haru
(3)
Disana, pengembara melepas pakaian
Disana, di bukit waktu lalu
telanjang, hanya kulit melekat
Ia berkisah pada langit ungu :
”pakaian hanya untaian kapas,
melekat sesakkan nafas,
ternyata telanjang itu bebas
nafas terlepas, tak lagi panas”
(4)
Malam ungu merakit pekat
Tak dibiarkannya kepastian merapat
Sungguh, Hanya meraba yang mereka dapat
Namun,
Badut-badut menyemai sesat
Sebar benih di tanah lamat
Panen sesat sepanjang abad
Hingga malam benar-benar pekat
(5)
Muda-mudi berdiri teguh
Pada langit ungu kelabu
Tangan kuat menggenggam
Sebongkah mimpi yang jadi basi
Entah di telan fantasi surgawi
Atau lelah pada janji-janji pasti
Muda mudi bernyanyi menyalak
Saat gali kubur sendiri
(6)
Dia di singgasana
Mereka yang tertawa
Pesta pora menumpuk laba
Dagang derita semesta
(7)
Malam ungu di tanah berbatu
Tak ada lagi yang melagu
Kecuali lagu-lagu palsu
Yang lain membisu
Lalu berlalu
Sekali lagi berlalu
Ini malam ungu
Setelah senja berlalu
Lalu berlalu
Sekali lagi berlalu
b e r l a l u .............................. ......................................................... haru
Depok’07
-indah-
Bidadari Senja
S H E R L Y
Si Kecil Sherly
Dia memenamai diri
Lahir diatas bumi
Di belahan negeri mati
Ia satu batang lidi
Jalani hari seorang diri
Terinjak tirani kota mati
Suatu ketika di penghujung hari
Perempuan muda mengucap pasti
Pada mimpi kehidupan surgawi
Di pusat kota mati
Sherly menjajikan diri
Pada perempuan muda d kota mati
Ia menjadi anak surgawi
Pada saat matahari berangkat pergi
Janji pertama di penghujung hari
Ketika Ia menjejakkan kaki
Di sebuah wisma berpenghuni
Perempuan muda berkata, ”Ini awal mereguk surgawi”
Disana telah berdiri
Laki-laki muda yang tak Ia kenali
Perempuan muda berlalu, pergi
Tinggal laki-laki muda dan Sherly
Laki-laki muda menyetubuhi Sherly
Sehari tiga kali
Sherly menangis dan merintih
Lantas tak sadarkan diri
Esok terulang kembali
Laki-laki muda kunjungi Sherly
Setubuhi Sherly 3 kali sehari
Sherly melirih, Ia pucat pasi
(malam yang sunyi
Sherly seorang diri
Sepi membuatnya lari
Pada baying laki-laki pagi hari)
Matahari telah bersemi
Laki-laki muda datang lagi
Setubuhi Sherly tiga kali sehari
Sherly menikmati
Hari haru datang menghampiri
Laki-laki muda tak datang lagi
Ia bertanya pada Mami
Kemana laki-laki muda pergi ?
Mami tak menjawab pasti
Sherly bertanya kesana kemari
Jawaban didapati, hatinya tersakiti
Laki-laki muda mencintai laki-laki
Ia dibayar Mami setubuhi Sherly
Mami berjanji memberinya pengganti
Hingga Sherly menikmati surgawi
Mami memberi seribu laki-laki
Sherly harus melayani
Sherly tak mengerti
Mengapa harus menyerahkan diri
Pada laki-laki yang tak Ia kenali
Lama semakin Ia tak mengerti
Hakikat surgawi seperti kata mami
Surga milik laki-laki
Ketika mereka setubuhi Sherly
Surga milik Mami
Ketika mami mendapat rezeki
Dari mereka laki-laki
Setelah mereka setubuhi Sherly
Depok, 12 Januari’06
(catatan kecil yang masih tertinggal di otak setelah membaca Perdagangan Anak Perempuan di Semarang)
-indah-
Dia memenamai diri
Lahir diatas bumi
Di belahan negeri mati
Ia satu batang lidi
Jalani hari seorang diri
Terinjak tirani kota mati
Suatu ketika di penghujung hari
Perempuan muda mengucap pasti
Pada mimpi kehidupan surgawi
Di pusat kota mati
Sherly menjajikan diri
Pada perempuan muda d kota mati
Ia menjadi anak surgawi
Pada saat matahari berangkat pergi
Janji pertama di penghujung hari
Ketika Ia menjejakkan kaki
Di sebuah wisma berpenghuni
Perempuan muda berkata, ”Ini awal mereguk surgawi”
Disana telah berdiri
Laki-laki muda yang tak Ia kenali
Perempuan muda berlalu, pergi
Tinggal laki-laki muda dan Sherly
Laki-laki muda menyetubuhi Sherly
Sehari tiga kali
Sherly menangis dan merintih
Lantas tak sadarkan diri
Esok terulang kembali
Laki-laki muda kunjungi Sherly
Setubuhi Sherly 3 kali sehari
Sherly melirih, Ia pucat pasi
(malam yang sunyi
Sherly seorang diri
Sepi membuatnya lari
Pada baying laki-laki pagi hari)
Matahari telah bersemi
Laki-laki muda datang lagi
Setubuhi Sherly tiga kali sehari
Sherly menikmati
Hari haru datang menghampiri
Laki-laki muda tak datang lagi
Ia bertanya pada Mami
Kemana laki-laki muda pergi ?
Mami tak menjawab pasti
Sherly bertanya kesana kemari
Jawaban didapati, hatinya tersakiti
Laki-laki muda mencintai laki-laki
Ia dibayar Mami setubuhi Sherly
Mami berjanji memberinya pengganti
Hingga Sherly menikmati surgawi
Mami memberi seribu laki-laki
Sherly harus melayani
Sherly tak mengerti
Mengapa harus menyerahkan diri
Pada laki-laki yang tak Ia kenali
Lama semakin Ia tak mengerti
Hakikat surgawi seperti kata mami
Surga milik laki-laki
Ketika mereka setubuhi Sherly
Surga milik Mami
Ketika mami mendapat rezeki
Dari mereka laki-laki
Setelah mereka setubuhi Sherly
Depok, 12 Januari’06
(catatan kecil yang masih tertinggal di otak setelah membaca Perdagangan Anak Perempuan di Semarang)
-indah-
Nol nol lewat nol Satu (Esok hari eksekusiku)
Nol nol lewat nol Satu
Umurku bertambah Satu
Hidupku berkurang Satu
Itu tidak menggangguku
Nol nol lewat nol Satu
Otakku meracau, banyak benang kusut
“Kau panik”, kata sahabatku
Nol nol lewat nol Satu
Eksekusi tinggal menunggu waktu
Propaganda, Aristotle, American Corner...
Aku lupa itu!
American Ediot,
yang kuingat cuma itu!
Nol nol lewat nol Satu
Semua teori hilang menjauh
Padahal eksekusi tinggal menunggu waktu
Bagaimana aku harus menjelaskan semua itu ?!
Nol nol lewat dua puluh Satu
Eksekusi bisa membuka semua pintu
Eksekusi bisa membunuh hari depanku
Semua ada ditanganku
Tapi, mengapa semua teori hilang dan berlalu?!
Ini tentang aku,
Esok hari eksekusiku.....
Depok, 4 Januari’o7, Pk. 00.31
(Di depan tergeletak 200 halaman skripsiku mirip bantal dimataku)
-indah-
Umurku bertambah Satu
Hidupku berkurang Satu
Itu tidak menggangguku
Nol nol lewat nol Satu
Otakku meracau, banyak benang kusut
“Kau panik”, kata sahabatku
Nol nol lewat nol Satu
Eksekusi tinggal menunggu waktu
Propaganda, Aristotle, American Corner...
Aku lupa itu!
American Ediot,
yang kuingat cuma itu!
Nol nol lewat nol Satu
Semua teori hilang menjauh
Padahal eksekusi tinggal menunggu waktu
Bagaimana aku harus menjelaskan semua itu ?!
Nol nol lewat dua puluh Satu
Eksekusi bisa membuka semua pintu
Eksekusi bisa membunuh hari depanku
Semua ada ditanganku
Tapi, mengapa semua teori hilang dan berlalu?!
Ini tentang aku,
Esok hari eksekusiku.....
Depok, 4 Januari’o7, Pk. 00.31
(Di depan tergeletak 200 halaman skripsiku mirip bantal dimataku)
-indah-
Senyap Suara
Aku bosan berkata
Dalam muara ketidaan, tak bersua
Diam. Jalan saja dengan tenang
Dan dingin mencapai titik beku
Disana tiada gemuruh, hanya detak memecah sunyi
Kemudian senyap karena tadi telah musnah
Kemudian senyap hingga malam-malam berikutnya
Dalam kubah dingin membatu
Di sebongkah bumiku
Danau jadi saksi bisu
Danau UI, 26 Desember 2006
-indah-
Dalam muara ketidaan, tak bersua
Diam. Jalan saja dengan tenang
Dan dingin mencapai titik beku
Disana tiada gemuruh, hanya detak memecah sunyi
Kemudian senyap karena tadi telah musnah
Kemudian senyap hingga malam-malam berikutnya
Dalam kubah dingin membatu
Di sebongkah bumiku
Danau jadi saksi bisu
Danau UI, 26 Desember 2006
-indah-
Dia, perempuan
Dia, perempuan
mendekap bocah kecil di pangkuan
menggigil di tenda pengungsian
berharap hari depan pada rintik hujan
Dia perempuan
mata lebam, duduk terdiam
disamping tiga asuhan terpejam terkapar
dibalik reruntuhan Libanon selatan
Dia perempuan
menunggu anak dan suami datang
matahari turun, gelap pun datang
dalam cemas dan harapan
Dia perempuan
Hidup untuk kebebasan
lahir tak bertuan tumbuh dengan kesadaran
melawan kemanafikan dalam ketidakberdayaan
Dia perempuan,
Awal semua kehidupan.....
Dia perempuan
Bukan untuk tuan !!!
LabKomJIPUI, 22 Desember’o6
-indah-
mendekap bocah kecil di pangkuan
menggigil di tenda pengungsian
berharap hari depan pada rintik hujan
Dia perempuan
mata lebam, duduk terdiam
disamping tiga asuhan terpejam terkapar
dibalik reruntuhan Libanon selatan
Dia perempuan
menunggu anak dan suami datang
matahari turun, gelap pun datang
dalam cemas dan harapan
Dia perempuan
Hidup untuk kebebasan
lahir tak bertuan tumbuh dengan kesadaran
melawan kemanafikan dalam ketidakberdayaan
Dia perempuan,
Awal semua kehidupan.....
Dia perempuan
Bukan untuk tuan !!!
LabKomJIPUI, 22 Desember’o6
-indah-
Sore di Angkot 41
Aku duduk, diam membisu
Disebuah angkot nomor empat satu
Mendengarkan lagu
Penumpang hanya satu
10 menit berlalu
Angkot berhenti, lalu berlalu
5 orang duduk, berbicara seru
Pakaian mereka putih Abu-abu
Satu orang berkata
Serial Jomblo, Januari tayang perdana
Berkisah 4 orang muda
Mencari cinta remaja
Mereka berbicara
Lagi-lagi tentang cinta
Impian punya pacar segera
Wujudkan kisah cinta
seperti drama-drama remaja
Aku terpaku
Tetap membisu
Lagu jadi tak seru
Hati ikut ngilu
Inilah generasi muda
Ditangan hanya mimpi hampa
Terperangkap dongeng cinta
Tersaji di media-media
Inilah generasi muda
Yang mengganti generasi tua
Otak diisi angan-angan cinta
Dari drama-drama remaja
Adaptasi telenovela dan drama Korea
Mereka lupa, Ada dunia realita
Sejuta bencana, sejuta tetes air mata
Sejuta peristiwa, sejuta derita
Tiada cinta di dunia fana
Sadarlah, itu bukan gosip belaka
Maka menangislah, ketika
Kau tidak dibutuhkan bangsa
Dan menangislah ketika
Kau bukan apa-apa
Depok, 19 Desember 2006
-indah-
Disebuah angkot nomor empat satu
Mendengarkan lagu
Penumpang hanya satu
10 menit berlalu
Angkot berhenti, lalu berlalu
5 orang duduk, berbicara seru
Pakaian mereka putih Abu-abu
Satu orang berkata
Serial Jomblo, Januari tayang perdana
Berkisah 4 orang muda
Mencari cinta remaja
Mereka berbicara
Lagi-lagi tentang cinta
Impian punya pacar segera
Wujudkan kisah cinta
seperti drama-drama remaja
Aku terpaku
Tetap membisu
Lagu jadi tak seru
Hati ikut ngilu
Inilah generasi muda
Ditangan hanya mimpi hampa
Terperangkap dongeng cinta
Tersaji di media-media
Inilah generasi muda
Yang mengganti generasi tua
Otak diisi angan-angan cinta
Dari drama-drama remaja
Adaptasi telenovela dan drama Korea
Mereka lupa, Ada dunia realita
Sejuta bencana, sejuta tetes air mata
Sejuta peristiwa, sejuta derita
Tiada cinta di dunia fana
Sadarlah, itu bukan gosip belaka
Maka menangislah, ketika
Kau tidak dibutuhkan bangsa
Dan menangislah ketika
Kau bukan apa-apa
Depok, 19 Desember 2006
-indah-
PERJALANAN
Ada orang memilih berkendaraan,
Melewati jalan bebas hambatan
Ada orang memilih berkereta,
Melewati terowongan sepi dan gelap
Ada orang memilih pesawat,
Terbang menembus awan putih di angkasa luas
Tetapi aku memilih berjalan,
Menyusuri hutan,
Diatas tapak kecil tak bertuan.
Matahari terbit dan tenggelam
Bunga-bunga liar tumbuh dan bermekaran
Embun jatuh diatas daun kering berguguran
Ilalang membuai kulit tangan
Tidakkah itu indah, sayang ?
Kelak, jika kita bertemu di gubuk peristirahatan
Bersama satu poci teh hangat yang manis,
Akan banyak hal pasti kuceritakan
Akan banyak hal pasti ku kan dengar
Tidak sekedar melepas kerinduan
Jadikan ini teman dalam perjalanan
Depok, 13 Desember’o6, sore hari ketika hujan turun
-Indah Survyana-
Wednesday, May 23, 2007
Pelangi Senja
(1)
Melintasi hari bersamamu
Melihat senja berlukis pelangi
Warna-warni dalam degradasi
Depok, 051206
(2)
Melihat pelangi dibawah senja
Warna-warni dalam degradasi
Latar kemerahan merah, memudar
Kelabu cepat datang, dihantar pekat kemudian
Selesai sudah....
Warna-warni dalam degradasi
Tertinggal dalam sanubari
Menyisakan mimpi-mimpi
Tentang pelangi datang kembali
Tidak pada senja sore hari
Tapi pada pagi hari
Hingga pekat menutup sekali lagi
Aku berkata,
”Aku ingin pelangi !”
Kau berkata,
”Kita pelangi senja”
Depok, 281206
(3)
Hey, Kau Yang Dimabuk Cinta !
(Hey, kau yang dimabuk cinta!
Melintasi hari bersamamu
Melihat senja berlukis pelangi
Warna-warni dalam degradasi
Depok, 051206
(2)
Melihat pelangi dibawah senja
Warna-warni dalam degradasi
Latar kemerahan merah, memudar
Kelabu cepat datang, dihantar pekat kemudian
Selesai sudah....
Warna-warni dalam degradasi
Tertinggal dalam sanubari
Menyisakan mimpi-mimpi
Tentang pelangi datang kembali
Tidak pada senja sore hari
Tapi pada pagi hari
Hingga pekat menutup sekali lagi
Aku berkata,
”Aku ingin pelangi !”
Kau berkata,
”Kita pelangi senja”
Depok, 281206
(3)
Hey, Kau Yang Dimabuk Cinta !
(Hey, kau yang dimabuk cinta!
Ilusi menjadi asa
Mengikuti jejak-jejak buta
Saat waktu bersela fanaS
emua hanyalah fatamorgana)
Depok, 061106
(4)
Tanda Tanya
Aku menyerah!
Mencari jawaban teka teki itu
Biar semesta yang menjawabnya
Namun, biar aku menikmati petunjuknya
Jika memang intuisi ada,
Kau pasti mendengarku
Tidak lewat sms, telepon, fax bahkan email
Tetapi lewat hati
Mari bertelepati!
Depok, 101206
(5)
Terlalu Sama
Disini
Kembali terkurung
Oleh kelebat pekat, lekat
Tengadahkan kepala
Pada bintang bersinar ungu
Sejuta tanya
Berpendar hebat tak menentu
Kalkulasi,spekulasi hati
Beda sama dengan cinta
Bagaimana dengan kita ?
Kita terlalu sama!
Depok, 090106,
(6)
Terjaga Insomnia
Hujan cerai hening malam
Kembali aku terjaga
Otak kiri berderik manis
Lagi-lagi tanda tanya
Mengapa kita terlalu sama ?
Kau berkata, ”kita pecundang semesta !”
Depok, 211206
(7)
Sepi
Sia-sia semua lagu yang mengalun
karna tak kutemukan keramaian
Semua berawal dari ada menjadi ketiadaan
Keabadian adalah semu, kala
tirai pertunjukkan menutup
Perempuan muda memandang congkak
Ruang bisu dalam tabung
Akhirnya ia terbangun
lalu menangis seketika
Hening ......
Depok, 161206
----------------------S e l e s a i------------------------
-indah-
Bush pulang pasti bawa oleh-oleh
Bush datang ke negeri ini pasti membawa oleh-oleh. Oleh-olehnya sekarung hasutan, seikat ancaman dan sekantung uang receh. Lumayan, itu bisa membuat penguasa kita bangga dan semakin menunduk. Bush pergi dari negeri ini pasti juga membawa oleh-oleh khas negeri ini.
Oleh-olehnya tak habis di makan 7 turunan.Ah, semuanya seperti itu makanya banyak penguasa yang mengunjungi negeri ini sekedar untuk mendapatkan oleh-oleh khas negeri ini apalagi kalau bukan hasil-hasil bumi yang gemah guripah. Ada yang dapat emas, minyak, intan, tembaga, pulau, hingga otak dungu manusia negeri ini. Lah kok otak? Iya otak, tapi bukan otak-otak! Itu yang lebih berharga dari pemberian apapun!Hebat..hebat sekali negeri ini!
Sungguh inilah negeri terkaya, terramah,terbaik,tergoblok!Inilah karakter negeriku yang terkenal ke seluruh penjuru dunia
:Diinjak kakinya, malah minta maaf
Ditampar pipi kanan, menyodorkan pipi kiri
Di tonjok perutnya , malah terimakasih
Menyedihkan!
"....Negeri ku...
negeri para penipu...
Terkenal ke segala penjuru...
Tentu saja bagi yang tak tau malu...I
nilah sorga...sorganya sorga.....
Negeriku....ngeriku....."
(iwan Fals "Negeriku")
Depok, 17 November 2006, setelah melihat berita sore
-indah-
Oleh-olehnya tak habis di makan 7 turunan.Ah, semuanya seperti itu makanya banyak penguasa yang mengunjungi negeri ini sekedar untuk mendapatkan oleh-oleh khas negeri ini apalagi kalau bukan hasil-hasil bumi yang gemah guripah. Ada yang dapat emas, minyak, intan, tembaga, pulau, hingga otak dungu manusia negeri ini. Lah kok otak? Iya otak, tapi bukan otak-otak! Itu yang lebih berharga dari pemberian apapun!Hebat..hebat sekali negeri ini!
Sungguh inilah negeri terkaya, terramah,terbaik,tergoblok!Inilah karakter negeriku yang terkenal ke seluruh penjuru dunia
:Diinjak kakinya, malah minta maaf
Ditampar pipi kanan, menyodorkan pipi kiri
Di tonjok perutnya , malah terimakasih
Menyedihkan!
"....Negeri ku...
negeri para penipu...
Terkenal ke segala penjuru...
Tentu saja bagi yang tak tau malu...I
nilah sorga...sorganya sorga.....
Negeriku....ngeriku....."
(iwan Fals "Negeriku")
Depok, 17 November 2006, setelah melihat berita sore
-indah-
Teka-teki Malam
Seorang temanku bertanya ”Apakah malam ?”
Malam adalah gelap dalam redup sinar
Dalam malam ada sinar namun sangat redup
Ada sinar palsu, ada sinar semu, ada sinar sejati
Dalam malam ada tangis, ada bahagia
Dalam malam ada suara palsu, suara semu, suara sejati
Semuanya melebur dalam Absurbsitas
Indah.....
7 Oktober 2006. Pukul 00.02
-indah-
Malam adalah gelap dalam redup sinar
Dalam malam ada sinar namun sangat redup
Ada sinar palsu, ada sinar semu, ada sinar sejati
Dalam malam ada tangis, ada bahagia
Dalam malam ada suara palsu, suara semu, suara sejati
Semuanya melebur dalam Absurbsitas
Indah.....
7 Oktober 2006. Pukul 00.02
-indah-
Ordinary Day
Akhirnya sampailah aku pada hari yang biasa
Dimana semua terlihat biasa…
Seorang perempuan menyusui anaknya
Laki-laki pergi bekerja
Anak-anak berangkat sekolah
Ah, fatamorgana itu telah hilang, berganti
Kosong.....Hampa
Adakah yang abadi ?
Akhirnya semua kembali seperti biasa
Yang ada adalah ada
Dari tiada menjadi ketiadaan
Aku yang tak lagi bermakna
Aku yang lelah bertanya
Dimana semua terlihat biasa…
Seorang perempuan menyusui anaknya
Laki-laki pergi bekerja
Anak-anak berangkat sekolah
Ah, fatamorgana itu telah hilang, berganti
Kosong.....Hampa
Adakah yang abadi ?
Akhirnya semua kembali seperti biasa
Yang ada adalah ada
Dari tiada menjadi ketiadaan
Aku yang tak lagi bermakna
Aku yang lelah bertanya
7 Otober 2006. Pukul 09.00
-indah-
17 Agustus Tak Lewat Depan Rumahku
Hanya Euforia tak pernah berhenti tertawa
Menggantikan penghayatan: memuakkan
Kemerdekaan seharga 20 rb rupiah
Nasionalisme seharga 20rb rupiah
Hai...pejuang tanpa nama, adakah kau menangis???
Depok, 17 Agustus 2006
-indah-
Menggantikan penghayatan: memuakkan
Kemerdekaan seharga 20 rb rupiah
Nasionalisme seharga 20rb rupiah
Hai...pejuang tanpa nama, adakah kau menangis???
Depok, 17 Agustus 2006
-indah-
4 september 2006
Hari ini aku melihat seorang mayat bangkit dari kematiannya. Sungguh itu merupakan pemandangan yang menakjubkan. Di kota banyak sekali mayat berjalan. Mereka bernafas namun tidak hidup. Sangat sulit menemukan seseorang yang benar-benar hidup. Dia tidak hanya bangkit dari kematiannya tapi aku melihat dia mengeluarkan sayapnya yang indah lantas terbang ke langit biru. Sungguh, pemandangan yang Indah. Tetaplah Hidup, sahabat….
Namun, malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya. Tiada Bintang, hanya bulan yang meminjamkan sedikit sinarnya. Polusi, ya…itulah penyebabnya. Bintang tertutup asap polusi. Sungguh memuakkan!! Jakarta, tak bisakah kau membiarkan wargamu menikmati keindahan malam…sejenak saja…itu sudah cukup untuk menghilangkan segala kepenatan hari ini…aku menginginkan keindahan yang sejati bukan keindahan semu….seperti yang dihadirkan gemerlap lampu ibukota atau nyanyian dan dansa para pejalang malam….
Malam ini, badut-badut coklat masih berkeliaran saja di jalan raya. Mengais untung diatara tumpukan bangkai sampah ibukota. Sungguh, mereka adalah badut!! Budut yang tidak lucu! Tingkahnya memuakkan!!! Ah, aku jadi teringat pada anak-anak kecil yang memakai kostum mereka. Mereka menari lincah di panggung 17 agustusan. Mereka merasa gagah dan bangga memakai kostum itu. Sayang, mereka tidak tahu, betapa memuakkan tingkah si badut itu!!Mencari uang dengan menjual peraturan!!! Sungguh memuakkan!!!!
Dearly Beloved. Where are you ??? I miss you……..
Depok, 4 September 2004
-indah-
Namun, malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya. Tiada Bintang, hanya bulan yang meminjamkan sedikit sinarnya. Polusi, ya…itulah penyebabnya. Bintang tertutup asap polusi. Sungguh memuakkan!! Jakarta, tak bisakah kau membiarkan wargamu menikmati keindahan malam…sejenak saja…itu sudah cukup untuk menghilangkan segala kepenatan hari ini…aku menginginkan keindahan yang sejati bukan keindahan semu….seperti yang dihadirkan gemerlap lampu ibukota atau nyanyian dan dansa para pejalang malam….
Malam ini, badut-badut coklat masih berkeliaran saja di jalan raya. Mengais untung diatara tumpukan bangkai sampah ibukota. Sungguh, mereka adalah badut!! Budut yang tidak lucu! Tingkahnya memuakkan!!! Ah, aku jadi teringat pada anak-anak kecil yang memakai kostum mereka. Mereka menari lincah di panggung 17 agustusan. Mereka merasa gagah dan bangga memakai kostum itu. Sayang, mereka tidak tahu, betapa memuakkan tingkah si badut itu!!Mencari uang dengan menjual peraturan!!! Sungguh memuakkan!!!!
Dearly Beloved. Where are you ??? I miss you……..
Depok, 4 September 2004
-indah-
Dearly Beloved
Sayangku, apakah kau mendengar
Teriakan rintih memelas kasih, redup
Tak jua tangan-tangan menggapai
Hanya mata yang sedikit menoleh, lalu
Kembali dalam hegemoni piala dunia
Sayangku, apakah kau tidak merasa
Hembusan angin menghatar pedih
Kala abu merapi menyentuh kulit
Tiada yang tersisa
Disudut kota, tenda-tenda tersebar
Lapar, haus, itu tidak seberapa dibanding hati yang terkoyak
Mengapa tidak ada yang beranjak
Sedetik saja...
Beberapa binatang sibuk menjual potret kesedihan mereka
Percayalah, mereka adalah binatang pemakan bangkai!
Sayangku. Tidakkah kau melihat
Air tumpah ruah tak hingga
Manusia terhanyut dalam duka
Tapi tidak di Jakarta
Mereka terhanyut dalam suka
Sayangku adakah kau tahu
Ada guru membunuh muridnya
Semua demi wibawa dan harta
Sayangku aku yakin kau sudah tahu
Lebih mendalami dari apa yang aku saji!
Sayangku, ternyata hidup itu sulit!
Aku letih dalam ketidakberdayaan
Aku letih menjadi perempuan!
Depok, 26 Juni 2006
-indah-
Teriakan rintih memelas kasih, redup
Tak jua tangan-tangan menggapai
Hanya mata yang sedikit menoleh, lalu
Kembali dalam hegemoni piala dunia
Sayangku, apakah kau tidak merasa
Hembusan angin menghatar pedih
Kala abu merapi menyentuh kulit
Tiada yang tersisa
Disudut kota, tenda-tenda tersebar
Lapar, haus, itu tidak seberapa dibanding hati yang terkoyak
Mengapa tidak ada yang beranjak
Sedetik saja...
Beberapa binatang sibuk menjual potret kesedihan mereka
Percayalah, mereka adalah binatang pemakan bangkai!
Sayangku. Tidakkah kau melihat
Air tumpah ruah tak hingga
Manusia terhanyut dalam duka
Tapi tidak di Jakarta
Mereka terhanyut dalam suka
Sayangku adakah kau tahu
Ada guru membunuh muridnya
Semua demi wibawa dan harta
Sayangku aku yakin kau sudah tahu
Lebih mendalami dari apa yang aku saji!
Sayangku, ternyata hidup itu sulit!
Aku letih dalam ketidakberdayaan
Aku letih menjadi perempuan!
Depok, 26 Juni 2006
-indah-
26 Juni 2006
Ibuku bilang hidup itu sulit
Ada guru membunuh muridnya
Itu benar, karena wibawa diatas segala
Ada suami memperbudak istri
Itu benar, semua menyetujuinya
Ada kucing takut dengan tikus
Tikus takut dengan semut
Sebab semut banyak sekali
26 Juni 2006
-indah-
Ada guru membunuh muridnya
Itu benar, karena wibawa diatas segala
Ada suami memperbudak istri
Itu benar, semua menyetujuinya
Ada kucing takut dengan tikus
Tikus takut dengan semut
Sebab semut banyak sekali
26 Juni 2006
-indah-
Tamasya ke dunia politik
Dunia politik oh indahnya
Ada ular berganti kulit, ada serigala berbulu domba
Ada singa vegetarian, ada kambingpemakan daging
Ada elang menarik gerobak, ada burung beoo tersedak uang
Ada ikan bermulut harimau, sedang harimau asik berenang-renang
Semuanya bersuka cita
(turut berduka cita)
23 Juni 2006
-indah-
Ada ular berganti kulit, ada serigala berbulu domba
Ada singa vegetarian, ada kambingpemakan daging
Ada elang menarik gerobak, ada burung beoo tersedak uang
Ada ikan bermulut harimau, sedang harimau asik berenang-renang
Semuanya bersuka cita
(turut berduka cita)
23 Juni 2006
-indah-
Kesadaran
Disini aku berada
Dibawah langit kosong
Pekat
Hanya tetes air yang terdengar
Aku meringkuk
Tertegun
Kakiku masih berpijak pada lantai yang membeku
Masih kulihat jejak-jejak itu
Beberapa kaki melangkah bersama
Dibawah langit putih jernih
Angin berhembus
Aku meringkuk
Tertegun, menggigil dan telanjang
Mataku terpaku
Kakiku masih berpijak pada lantai yang membeku
23 Juni 2006
-indah-
Dibawah langit kosong
Pekat
Hanya tetes air yang terdengar
Aku meringkuk
Tertegun
Kakiku masih berpijak pada lantai yang membeku
Masih kulihat jejak-jejak itu
Beberapa kaki melangkah bersama
Dibawah langit putih jernih
Angin berhembus
Aku meringkuk
Tertegun, menggigil dan telanjang
Mataku terpaku
Kakiku masih berpijak pada lantai yang membeku
23 Juni 2006
-indah-
Dia yang telah Tiada
Aku melihat pantulan itu
Sebuah wajah suram
Dia nyaris tak bernyawa
Di bergerak, tapi nyaris tak bernyawa
Dia melihat pantulan itu
Pantulan itu hanyalah lembaran buram
Dunia sungguh hiruk pikuk
Namun dia hanya melihat pantulan itu
Dunia mengatakan, Dia telah tiada!
Depok, 11 Juni 2006 Pukul 00.53 WIB
-indah-
Sebuah wajah suram
Dia nyaris tak bernyawa
Di bergerak, tapi nyaris tak bernyawa
Dia melihat pantulan itu
Pantulan itu hanyalah lembaran buram
Dunia sungguh hiruk pikuk
Namun dia hanya melihat pantulan itu
Dunia mengatakan, Dia telah tiada!
Depok, 11 Juni 2006 Pukul 00.53 WIB
-indah-
Bingung !
Aku adalah orang bingung, orang bilang bingung adalah suatu penyakit, katanya setan merasuk ke dalam fikiran, mengacaukan otak dan bersanding dengan malaikat. Tapi aku adalah manusia! Aku berhak untuk bingung!
Aku bingung menghadapi dunia…dunia yang sangat egois! Dunia-dunia itu bertarung saling bersahutan meneriakkan kebenaran. Berlomba-lomba meneriakkan kebenaran menurut hatinya. Hati mereka tidaklah sama, ada merah ke hitam-hitaman, ada yang hitam kemerah-merahan namun tidak ada yang sungguh berwarna merah segar, seperti hati sapi yang sering dimasak mama
Aku bingung, aku telah terbiasa dengan situasi ini.Aku mengetahui kandungan dunia itu. Semua dunia aku susupi. Adakah kau tahu? Dalamnya dunia hanya abu-abu. Kelam. Seperti aan mendung di malam hari. Nmaun mereka masih berlomba memperlihatkak putihnya mereka!
Aku bingung, bagaimana cara menjelaskan situasi itu! Atatukah tidak perlu aku jelaskan ! tutup saja mulutku ini dengan kemunafikan maka aku tidak jauh dari mereka!
Aku binggggung, tidakkah mereka mengerti? Aku ingin jadi bijaksana, seperti jam lonceng yang selalu berdentang mengikuti jumlah waktu....
Depok, 23 April 2006
-indah-
Aku bingung menghadapi dunia…dunia yang sangat egois! Dunia-dunia itu bertarung saling bersahutan meneriakkan kebenaran. Berlomba-lomba meneriakkan kebenaran menurut hatinya. Hati mereka tidaklah sama, ada merah ke hitam-hitaman, ada yang hitam kemerah-merahan namun tidak ada yang sungguh berwarna merah segar, seperti hati sapi yang sering dimasak mama
Aku bingung, aku telah terbiasa dengan situasi ini.Aku mengetahui kandungan dunia itu. Semua dunia aku susupi. Adakah kau tahu? Dalamnya dunia hanya abu-abu. Kelam. Seperti aan mendung di malam hari. Nmaun mereka masih berlomba memperlihatkak putihnya mereka!
Aku bingung, bagaimana cara menjelaskan situasi itu! Atatukah tidak perlu aku jelaskan ! tutup saja mulutku ini dengan kemunafikan maka aku tidak jauh dari mereka!
Aku binggggung, tidakkah mereka mengerti? Aku ingin jadi bijaksana, seperti jam lonceng yang selalu berdentang mengikuti jumlah waktu....
Depok, 23 April 2006
-indah-
Manusia Plato Abad 21
Dia membuatku menoleh
Menoleh pada kemunafikan dunia, menoleh pada keadilan
Idealisme adalah kunci essensi
Dia terus memegang kunci itu
Aku menaruh secerceah harapan dalam keraguanku
Adakah kau dapat menghadiahkan cinta
Cinta yang tidak saling membinasakan
Cinta yang saling membebaskan
Lebih dari sekedar Taoisme
7 Juni 2006
-indah-
Menoleh pada kemunafikan dunia, menoleh pada keadilan
Idealisme adalah kunci essensi
Dia terus memegang kunci itu
Aku menaruh secerceah harapan dalam keraguanku
Adakah kau dapat menghadiahkan cinta
Cinta yang tidak saling membinasakan
Cinta yang saling membebaskan
Lebih dari sekedar Taoisme
7 Juni 2006
-indah-
angin, sinar dan gelap
Aku telah melihat mata itu…mata yang sama seperti pertemuanku pertamakali. Kemarin mata itu kembali aku lihat walau serabut-serabut saraf lelah memenuhi sudut mata, namun sinar itu tetap ada. Sinar yang sama seperti setiap aku melihat ke dalam matanya. Sinar yang tak pernah redup walau terkadang hati sering luka.. Rasanya aku percaya sinar itu akan menerangi gelap. Aku percayakan itu padanya. Kutuliskan tentang gelap disuatu kertas putih lalu melalui perantara angin kuserahkannya kepadanya. Entah mengapa, harapku sinar menjawab tanya itu. Dan mimpiku
menanti sinar itu kembali akan membebaskan gelap dari kegelapan. Aku meniti sajak sinar itu, entahlah mungkin hasrat mendorongku untuk sekali lagi melihat sinar itu berkobar, tentu saja aku melihat dari sisi gelap. Suatu sisi di sudut ruang dimana tiada yang kukenal sementara mata ini tak lepas. Angin menepis wajahku. Dia menguasai seluruh atmosfer. Apakah dia juga menguasai atmosfer di ruang hatimu? Entahlah... yang pasti aku tetap berada pada sisi gelapku sedangkan angin seakan berhembus semakin kencang menyapu daun-daun di ruang lalu menyibak gelapku, membawaku pada ruang dan dimensi dunianya. Dalam dunianya aku tetaplah gelap dan dia adalah angin, dia bangga akan hal itu. Entahlah... namun mata hatiku tetap melihat
sinar itu dalam gemuruh sang taifun. Melalui angin, kini sinar itu berhadapan dihadapanku. Entahlah sepertinya sepercik sinarnya hinggap di suatu bagian di tubuhku. Entah dimana ia bersemanyam? Yang kutahu itu seperti virus yang kian menyebar hingga ke sel tubuhku yang terkecil. Namun perkembangannya perlahan-lahan mengikuti sebuah takbir yang telah disusun teramat rapih oleh-Nya. Aku hanya bisa berbisik....aku sedang sekarat...!!! tolong....Aku kembali sekarat !!!!
30 Januari 2005Pukul 23.00 WIB
-indah-
menanti sinar itu kembali akan membebaskan gelap dari kegelapan. Aku meniti sajak sinar itu, entahlah mungkin hasrat mendorongku untuk sekali lagi melihat sinar itu berkobar, tentu saja aku melihat dari sisi gelap. Suatu sisi di sudut ruang dimana tiada yang kukenal sementara mata ini tak lepas. Angin menepis wajahku. Dia menguasai seluruh atmosfer. Apakah dia juga menguasai atmosfer di ruang hatimu? Entahlah... yang pasti aku tetap berada pada sisi gelapku sedangkan angin seakan berhembus semakin kencang menyapu daun-daun di ruang lalu menyibak gelapku, membawaku pada ruang dan dimensi dunianya. Dalam dunianya aku tetaplah gelap dan dia adalah angin, dia bangga akan hal itu. Entahlah... namun mata hatiku tetap melihat
sinar itu dalam gemuruh sang taifun. Melalui angin, kini sinar itu berhadapan dihadapanku. Entahlah sepertinya sepercik sinarnya hinggap di suatu bagian di tubuhku. Entah dimana ia bersemanyam? Yang kutahu itu seperti virus yang kian menyebar hingga ke sel tubuhku yang terkecil. Namun perkembangannya perlahan-lahan mengikuti sebuah takbir yang telah disusun teramat rapih oleh-Nya. Aku hanya bisa berbisik....aku sedang sekarat...!!! tolong....Aku kembali sekarat !!!!
30 Januari 2005Pukul 23.00 WIB
-indah-
MAHASISWA?
Mahasiswa? Tetap ada…beribu-ribu…berjuta-juta
Pergerakan mahasiswa? Hilang...kenyap...ditiup angin….
Mahasiswa? Tetap ada…beribu-ribu…berjuta-juta
Gerakan mahasiswa? Perlahan bergerak searah mata angin
Timur...Utara...Selatan...Barat...
Jaket Kuning? Tertawa...berjoget riang...mengikuti music country
Aku? Tidak gila! Hanya sekedar mengeja kata….
I...D... E....A...L...I...S...M...E
Mereka? Tidak gila! Hanya sekedar mengeja kata….
I...D...E....A...L...I...S...M...E
Mereka? Tidak gila! Hanya sekedar mencari huruf….
I...D...E...A...L...I...S...M...E
Angin tetap bergerak perlahan meniup hati nurani
Nurani hilang...lenyap...mati...busuk...bangkai tikus
Namun angin tetap bergerak seiring jarum jam
Hingga dunia kiamat?!
Selamat Tidur...dan...
Jangan pernah Bermimpi !!!
27 April 2006, Pk. 23.00
(Catatan kecil sebelum tidur)
Pergerakan mahasiswa? Hilang...kenyap...ditiup angin….
Mahasiswa? Tetap ada…beribu-ribu…berjuta-juta
Gerakan mahasiswa? Perlahan bergerak searah mata angin
Timur...Utara...Selatan...Barat...
Jaket Kuning? Tertawa...berjoget riang...mengikuti music country
Aku? Tidak gila! Hanya sekedar mengeja kata….
I...D... E....A...L...I...S...M...E
Mereka? Tidak gila! Hanya sekedar mengeja kata….
I...D...E....A...L...I...S...M...E
Mereka? Tidak gila! Hanya sekedar mencari huruf….
I...D...E...A...L...I...S...M...E
Angin tetap bergerak perlahan meniup hati nurani
Nurani hilang...lenyap...mati...busuk...bangkai tikus
Namun angin tetap bergerak seiring jarum jam
Hingga dunia kiamat?!
Selamat Tidur...dan...
Jangan pernah Bermimpi !!!
27 April 2006, Pk. 23.00
(Catatan kecil sebelum tidur)
Untukmu Perempuan Malamg
Dia sendiri, dia menagis,
Satu tangan besar menepis wajahnya
Dia sendiri, dia tertawa,
Satu tangan besar menyentuh tubuhnya
Dia sendiri, dia terdiam,
Satu tangan besar menampar wajahnya
Dia menangis, dia tertawa, dia terdiam
Satu tangan besar berhenti bergerak untuk selamanya
Dia menjadi kecil diantara yang besar
Dan semua menyalahkannya !!!!
28 April 2006, Pk.00.10
(catatan kecil setelah membaca artikel perda Depok)
Satu tangan besar menepis wajahnya
Dia sendiri, dia tertawa,
Satu tangan besar menyentuh tubuhnya
Dia sendiri, dia terdiam,
Satu tangan besar menampar wajahnya
Dia menangis, dia tertawa, dia terdiam
Satu tangan besar berhenti bergerak untuk selamanya
Dia menjadi kecil diantara yang besar
Dan semua menyalahkannya !!!!
28 April 2006, Pk.00.10
(catatan kecil setelah membaca artikel perda Depok)
Ketika Rindu Merajai Musim….
Bag. 1
Mungkin Jalan Sedang Buta
Kutapaki butir-butir kerikil di tanah itu
Satu demi satu terhempas mengudara
Melayang tak tentu lalu jatuh ke tanah
Angin berarak menyapa tanah
Mengajak debu-debu turut menghempas
Bunga itupun tidak diam… ikut menari bersama angin
Mungkin suara itu sedang tak melagu
Mungkin api itu telah padam
Mungkin lorong itu sedang tak bertujuan
Segalanya kosong …
Hanya pekat yang kutemukan…
Dan…. Luka itu terus menjerit…
Kenangan tak berkesudahan membuai…
Hinggap… bersemayam …
Dan…. Hanya kalbu yang meneriakkan rindu
Karena sia-sia itu sudah lama bersemi…
Hanya gelap yang tersisa…
Bag. 2
Dia yang tidak Hidup
Gadis itu hanya memandang kosong
Diam dalam gelap dan hampa tanpa makna
Terpenjara dalam romansa
Dia tertegun: hanya bisu membius
Dia tak hidup : namun nafas masih tergenggam
ruh belum sirna
Dia hanya tidak hidup!
Kini gadis itu berjalan, meniti bayangan
Senyumnya merekah mengingat tawa itu
Kini dia tertunduk: di iris luka
Dan
dia hanya melangkah untuk meniti bayangan
Seongok bayangan yang sudah usang
Diselimuti kabut tua
Seongok bayangan yang sudah usang
Diselimuti kabut tua
Waktu mengalir
Hanyutkan hitungan masa…
Detik, detik, berdetak seiring detak jantung
Tak berhenti…
Hanyutkan hitungan masa…
Detik, detik, berdetak seiring detak jantung
Tak berhenti…
Tak mengerti….
Namun Nafas masih tergenggam
Ruh pun belum sirna
Hanya, dia tidak hidup …!
Namun Nafas masih tergenggam
Ruh pun belum sirna
Hanya, dia tidak hidup …!
Bag.3
Harap
Kau tahu ?
Tiada kata seindah untaian itu
Bersembunyi sejuta rindu di dasar hati
Memantulkankembali lukisan waktu lalu
Menggoreskan harapan usang
Mungkin engkau hanya bayangan tak berwujud
Terpantul kembali di bilik ingatan
Kapankan kita bertemu kembali…?
Ah.. Semoga umurku masih panjang…
Dan semoga takdir menurutkan mimpiku
Ke berharap…..
Bag.4
Hadirmu Tak Ku Mengerti
Sayang, aku tak tahu
Apa yang membuat bayangmu mengisi malam-malamku
Apakah suatu cobaan yang harus kuambil hikmahnya ataukah
Suatu petunjuk dari-Nya…Menuju jalan abadi itu
Sayang, cangkir itu telah penuh oleh rindu
Rindu yang tak berwarna, karena tak jua kau meminumnya
Karena tak jua diperbolehkan oleh takdir-Nya
Jika masa itu datang
Entah mengapa aku ingin berlari menjauh
Aku tak mengerti… mungkin yang aku mau hanya bayanganmu, lantas
Mari kita kembali ke masa lalu
Aku tak mengerti…
Aku hanya ingin sendiri mendekap bayangmu
Ketika masa itu datang…. Ketika kau menjadi nyata…
Aku ingin secepatnya berlari menjauh
Mungkin selamanya bayanganmu dan masalalu menjajah diriku
Mengukung kebebasanku
Namun dirimu tidak akan pernah menjajahku
Karena aku mencintai dirim,u di masa lalu… ilusi dirimu
Bukan tubuh nyata yang berdiri di hadapanku !
Bag. 5
Kau yang Maha Sempurna di Kelopak Hatiku
Kau adalah nyanyian pertama yang mendendangkan kebesaran hati
Syahdu mendalam hingga melunakkan bongkahan hati terkecil
Kau adalah bait pertama dalam syair kelapangan jiwa, menyentuh takdir-Nya
Jiwamu putih dalam kesederhanaan namun apimu selalu memancar panas
Setiap rongga gelap pekat yang tak tergapai menanti sinar harap yang nyaris sirna
Engkau mengajarkanku untuk meraih keabadian dalam Cinta
Kau yang mengenalkanku pada cinta yang membebaskan
Kau pula yang menyulut sinarku hingga tegar menyelami rimba hidup
Karena kau adalah sebuah anugrah untuk ribuan bintang di surga
Aku hanyalah bintang kecil yang redup tak bertujuan
Hingga sinarmu datang dalam rangkaian teka-teki takdir-Nya
Sinarmu utuh menerangi hatiku
Namun aku hanyalah bintang kecil di jagat Bumimu
Walau demikian, izinkanlah hati ini untuk mencintaimu
Tidak dengan sederhana namun dengan bijaksana
Cinta yang membebaskan dalam kebijaksanaan
Karena ku tahu….
Kau adalah bintang mimpi terindah yang tak mungkin ku gapai
Bag. 6
Ketika Jiwa dan Hati Bertutur
Ku katakan dengan bisik, ketika jiwa ini berteriak
Melolong keras bak singa yang ingin bebas dari kurungan
Jiwa ini menjerit, bak jeritan mawar ketika tangan kejam mencabut sang bunga dari dahannya
Jiwa ini menangis, airnya menderai turun deras, merah pekat mengalirkan darah kesunyian
Dan… kemudian jiwa ini bertutur….
“aku bosan dengan segala ketiadaan!”
“aku bosan menggenggam harapan!”
“aku pun bosan hanya merengkuh bayang!”
Piluku pun berkata…..
“Aku masih mengasihani diriku, walau yang tersisa hanya luka!”
“ketika jerit ini…luka ini…tangis ini….hanyalah milikku!”
“tidak juga kau, karena kau masih tertawa tanpa merasakan!”
dan suara jiwa ini pun hanya mendesah rintih memadu bisik
“Cukup sampai disini untu semua harap dan mimpi!”
“semua harus mati dan kau kini hanyalah bangkai kenagan yang terkubur jauh di dasar ingatan!”
Karena aku tak rela sinarku redup, hingga sia-sialah ayunan waktu yang berdetak!
Biarlah malam ini berakhir dan langkahku tegap menyongsong terang!
Mungkin hampa lebih baik!!!
Karena….
Aku mencintai diriku dan hari esok….!!!!
Bag 7
SMS
Jika memang SMS mematikan gerak manusia, aroma dan suara. Menghentikan temu kelopak mata, melumatkan kebekuan namun meredupkan keberanian di alam nyata, Lantas… Bagaimana membebaskan diri dari jeruji imajiner dalam ketiadaan yang tidak lebih hanya hiperbola belaka ? Dan disinilah otakku yang telah termutilasi dari barisan kata itu. Aku sakit! Sepertinya……sarafku mencoba menata serpihan puzzle. Dan disinilah aku…terapung di sungai mimpi hingga fajar beranjak, menusuk bawah sadarku…..
Bag 8
Politik Cinta
Disuatu titik hitungan waktu ketika magnum opus
massamenembus batas ruang. Semuanya terhenti. Lalu meledakkan proyeksi yang melintas masuk ke dalam sel-sel otak. Kata-katamu membuat ku tersadar. Aku hanyalah alat politikmu demi libido kuasamu, menancapkan dominasi dalam phalussentris. Ya.. aku hanya alat dan cinta tak hanya permainan namun cinta adalah politik. Politik cinta dimana politik menjadi alat untuk menguasai cinta. Cinta yang hanya dijadikan alat untuk menguasai cinta yang lain. Dan aku muak!!!
Bag 9
Berdiri Ia Mengakhiri
gadis itu kini tersentak
kembali ia ke alam realitas
Dia tahu dia ada, namun dia hanyalah seongok daging tak bermakna
Dia menangis atas kesia-siaan
Tangisnya mengharap hidup
Namun waktu tak jua luluh… terus angkuh mengalir
Bersatu dengan air mata sesal
Dia berteriak :
“ Aku hanya ingin
Ada!!!”
“ Aku hanya ingin hidup!!!”
- indah-
Depok, 2004
Depok, 2004
23 Ramadhan
Malam ini tiada hitam hanya pekat
Tajamnya Menara, menusuk langit
Tiada lagi hitam hanya biru pekat berpercik sinar
Tiada bulan tersembul, tiada pula bintang menggelantung
Hanya angin mencumbu, menyusup, membelai wajah
Damaikan hati…
Tarian senyap…nyanyian pekat hadir berangkai
Suara bergema nyanyikan syair terindah
Semua mengalun sahdu, membuai jiwa
Dendang malam seribu malam, seribu nikmat tertumpah ruah
Hingga….
Cangkir duniawi penuh dengan air surga
Alam tiada berdetak….
Dan suara itu kian sahdu...
Dibawah 1/3 malam sahdu
Ku bersimpuh, sujud di atas Bumi-Mu
Teringat dosa di waktu lalu, momohon ampun pada-Mu
Wahai Penguasa Alam Yang Pengasih Lagi Penyayang
Betapa dahaga tlah terpuas dari seperseribu tetes anugrah-Mu
Anugrah terindah ketika ku dekat Dengan-Mu
Suara itu….suara alam, berbaur
Tercipta harmonisasi musik maha indah, Abadi…
Hingga pekatnya biru memudar putih
Hingga lampu-lampu padam tenggelam
Namun suarasuara itu….suara alam itu…
Tetap bernyanyi…bersyair kebesaran-Mu
Hingga Semuanya Hancur berkeping…
Hingga semua kembali kepada-Mu
Semoga…
Att-Tin
2004
-indah-
Tajamnya Menara, menusuk langit
Tiada lagi hitam hanya biru pekat berpercik sinar
Tiada bulan tersembul, tiada pula bintang menggelantung
Hanya angin mencumbu, menyusup, membelai wajah
Damaikan hati…
Tarian senyap…nyanyian pekat hadir berangkai
Suara bergema nyanyikan syair terindah
Semua mengalun sahdu, membuai jiwa
Dendang malam seribu malam, seribu nikmat tertumpah ruah
Hingga….
Cangkir duniawi penuh dengan air surga
Alam tiada berdetak….
Dan suara itu kian sahdu...
Dibawah 1/3 malam sahdu
Ku bersimpuh, sujud di atas Bumi-Mu
Teringat dosa di waktu lalu, momohon ampun pada-Mu
Wahai Penguasa Alam Yang Pengasih Lagi Penyayang
Betapa dahaga tlah terpuas dari seperseribu tetes anugrah-Mu
Anugrah terindah ketika ku dekat Dengan-Mu
Suara itu….suara alam, berbaur
Tercipta harmonisasi musik maha indah, Abadi…
Hingga pekatnya biru memudar putih
Hingga lampu-lampu padam tenggelam
Namun suarasuara itu….suara alam itu…
Tetap bernyanyi…bersyair kebesaran-Mu
Hingga Semuanya Hancur berkeping…
Hingga semua kembali kepada-Mu
Semoga…
Att-Tin
2004
-indah-
Subscribe to:
Posts (Atom)